Sabtu, 12 Februari 2011

masalah besar

“kok kamu malah ngebelain dia sih? Yaudah kalo gitu kamu jadian aja sama dia sana” ya itulah balasan dari sms kami malam itu.

Berawal dari cerita aria kepadaku.
“ca si mis tadi cerita lho sama aku”
“oh cerita apa?”
“kan aku bilang sama mis aku ga suka sama cara temen kamu si bro terus si mis juga bilang kalo dia ga suka sama temen aku”
“hah? Sama aku maksudnya?”
“iya sama kamulah”
“emang kenapa sama aku?”
“dia bilang dia tu sakit ati banget sama kamu ca, dia itu udah tau sama kamu sejak kamu SD. Kata dia, dia pernah satu les sama kamu. Malah dia udah tau kamu sejak kamu masih rambut mangkok hahha. Kamu tau kan kalo dia nyearching kamu, dan dia juga tau kalo kamu nyearching dia tapi kamu ilfeel sama dia pas kalian lagi ada masalah. Yang bikin dia sakit ati dia ngliat dengan mata kepalanya sendiri kalo kamu jadian sama mif. Padahal hari itu hari setelah beberapa kalian baikan lagi, dan dia itu masih nyearching kamu lho”

Hening –
Aku hanya terdiam mendengar cerita dari aria tadi. Ya allah pantas saja dia begitu marahnya sama aku. Setiap aku mengajak mis bicara dia seperti tak ikhlas mengeluarkan suaranya. Baru kusadari begitu jahatnya diriku terhadapnya. Bagaimana tidak dia melihat orang yang dia sayangi jadian sama orang lain. Aku baru sadar, memang pantas mis marah kepadaku.

Setelah cerita itu aku merasa sangat tidak enak kepada mis. Ingin rasanya terucap kata maaf di bibirku. Tapi aku telah berjanji kepada aria aku tidak akan mengungkit cerita ini kepada mis. Karena mis bilang kepada aria jangan memberitahu kepada semua orang tentang ceritanya.
Malam itu aku bercerita pada mif, tapi percuma aku bercerita kepada mif. Hanya ada tanggapan negatif dari balasan smsnya. Malam itu kami bertengkar hebat, karena aku terlalu emosi aku membalas dengan kasar
“yaudah deh aku capek cerita sama kamu. Kayaknya kamu itu emang ga mau dan ga pernah mau ngertiin perasaan orang laen!”
Tak ada balasan setalah aku membalas dengan kata-kata kasar itu.

Keesokan harinya aku berharap aku tidak akan bertemu dengan dirinya. Dan ternyata dia juga tidak mau menghubungiku dulu. Well, kita tak berkomunikasi pada malam harinya.
Keesokan harinya lagi aku masih berharap aku tidak akan bertemu dengannya, tapi pada hari itu aku bertemu dengannya. Aku tak berani melihatnya, aku berjalan lurus bersama temanku seolah aku tak tahu dengan siapa aku bertemu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar